mengandung dimensi iman yang tidak. dikotori oleh unsur-unsur s yirik, tunduk, disertai dengan rasa ikhlas karena Allah. Agama mempengaruhi. kebudayaan, kelompok, mas yarakat, dan. Oleh Muchlisin Riadi Maret 27, 2022. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan individu dalam mengelola nilai-nilai, norma-norma, dan makna kehidupan. Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk mendengarkan hati nuraninya (God Spot). Kecerdasan erat kaitannya dengan kesadaran orang untuk bisa memaknai segala sesuatu dan merupakan jalan Kebahagiaan(Happiness) - Pengertian, Aspek, Ciri dan Faktor yang Mempengaruhi. Oleh Muchlisin Riadi September 03, 2021. Kebahagiaan (happiness) adalah suatu perasaan menyenangkan yang ditunjukkan dengan kenikmatan, kepuasan, kenyamanan, kegembiraan atau emosi positif yang membuat kehidupan menjadi baik dalam kesejahteraan, keamanan atau FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pertimbangan Auditor Dalam Mengevaluasi Bukti Audit Pada Kantor Akuntan Publik: Studi Empiris di Jawa Tengah dan DIY Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20.Semarang: Badan Penerbit - Universitas Diponegoro. Hidayat, M. Taufik. 2011. Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas KepadaMuhammad Imam Azhari SE, Dwi Rahmah Namira, Dian Dwi Andika, Fariz Rionaldi, Syahril Saprizal, Eko Pratama Munthe, Fuad Rizaldi Nasution, GGC, dan EP 2014, dan semua pihak yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan membantu serta memberikan 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran. 17 2. Menyimak atau mentadaburi Al-Qur'an (QS. 17:282) Baca juga: Inilah 4 Pilihan Aktivitas Ramadan di Rumah Aja, Insya Allah Menyehatkan Fisik, Hati, dan Iman. 3. Dzikir dan Fikir. 4. Dzikir adalah mengingat Allah beserta sifat-sifatnya, hal-hal yang menyangkut keagungannya dan membaca kalam-Nya (QS. 33:41, 8:4) 5. 1Adhi Iman Sulaiman, 'Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat', Jurnal Penelitian Komunikasi, (2013), h. 88 . 2 2 TA Idrus, 'Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk Rahn Di Pegadaian Syariah Ar Hakim Medan Dengan (Cabang Metode Borda, 2018), h. Adapun orang yang mengetahui dan percaya pada Allah disebut dengan Mukmin. Kalau kita cermati kembali makna iman tersebut, dapat dikatakan bahwa proses terbentuknya iman dalam diri seseorang itu melalui 2 tahap, diantaranya: Didahului Oleh Pengetahuan Tentang Tuhan. Artinya, bahwa iman itu dapat diperoleh lewat proses berpikir, perenungan h0Te. Related PapersThis research has two objectives First, to determine differences in student existential belief between students coming from high school and Madrasah Aliyah. Second, to determine differences in student existential belief according to educational level of parents of students. The hypothesis of this study First, there is no differences in student existential belief between students coming from high school General and Madrasah Aliyah MA. Second, there is no differences in student existential belief overview on parent education students are low, medium and high. The respondent in this study is students of PGRA class 2013/2014 and 2014/2015 totaling 126 students. Data collection tools that are used include belief scale questionnaires adapted from C. Asri Budiningsih, Parent Education Level questionnaires, and documents. comparison test results using analysis of variance ANOVA two lanes obtained the values of F 0,034 for the first hypothesis, and the value of F for the second hypothesis. based on the results of statistical tests can be concluded first, there is no difference in existential belief between students from high school SMA / SMK and Madrasah Aliyah MA. Secondly, there is no difference in the existential belief that the student has a parent father with a higher education level, medium and study has two objectives first, to determine differences in moral reasoning of students from Madrasah Aliyah and high school. Second, to determine differences in moral reasoning of students in terms of educational level of the parents of students. The research hypotheses were proposed first, there was no difference in moral reasoning of students among students from Madrasah Aliyah MA and General high school. Secondly, there is no difference in moral reasoning of students of education of parents of students were low, medium and high. Respondents in this study were students of class PGRA 2013/2014 with 45 students. Data collection tools used include questionnaire scale Kohlberg, Parent Education Level questionnaire, and documents. From the results of a comparative test by using analysis of variance ANOVA two paths obtained F value to hipoesis first, and F value 0,037 for the second hypothesis. With the statistical result can be concluded first, there is no difference between the moral reasoning of students from Madrasah Aliyah MA and public schools SMA / SMK. Secondly, there was no difference in moral reasoning of students who have parents father with a higher education level, medium and merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan, dimana aspek yang menjadi subjek sekaligus objek yang penting dalam hal ini adalah peserta didik. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan norma hukum dan agama. Setiap peserta didik bersifat khas dan unik karena setiap peserta didik berbeda-beda. Dalam pendidikan dan pembelajaran diperlukan suatu pengetahuan akan perkembangan-perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Dimana aspek-aspek perkembangan peserta didik cukup banyak seperti perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan moral, perkembangan spiritual atau kesadaran beragama dal lain sebagainya. Setiap aspek-aspek tersebut dapat dikaji berdasarkan fase-fasenya untuk membantu dalam memahami cara belajar dan tentunya sikap maupun tingkah laku peserta didik. Selain itu, aspek pembelajaran yang diberikan kepada para peserta didik juga berupa pendidikan moral dan spirituall untuk membentuk pribadi-pribadi yang sesuai dengan harapan bangsa yang dituliskan pada tujuan pendidikan bangsa Indonesia."Abstract The aim of this research was to find out 1 the category of worship performing autonomy 2 the difference of worship performing autonomy based on gender and previous school of student; 3 the correlation between age and the degree of worship performing autonomy The data are collected using questionnaire were involved 100 SMA UII student. The mutli stage sampling that is quota stratified proportional random sampling was used as the sampling technique. Desciptif statistic, T test, product moment correlation from Pearson and Two ways the analaysis of variance are used as the data analysis technique through SPSS for windows program The result of the several analysis towards the data yields several conclusions 1 most of the SMA UII student were in businessman category of worship performing; 2 there is no difference autonomy of worship performing student based on gender and previous school of SMA UII student; 3 there is no correlation of worship performing between ages and the degree of worship performing category Keywords Autonomy, Worship Performing, Religion Education" Cahaya Ilahi Media Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh adalah website kumpulan artikel Islam, serta berbagai kajian Islam lainnya dalam bentuk tulisan. Artikel dalam situs Islam ditulis secara ilmiah berpedoman pada al-Quran, as-Sunnah, dan Ijmak ulama berdasar manhaj Ahlu Sunnah wal Jamaah. selalu berusaha menyajikan artikel dan kajian Islam tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami oleh kalangan awam sekalipun. Tujuan cukup jelas, yaitu membantu umat dalam memahami ilmu Islam secara benar. Tema kajian Islam cukup banyak, di antaranya artikel akidah, artikel fikih, artikel adab, artikel keluarga, artikel tsaqafah, artikel sejarah Islam, konsultasi fikih, konsultasi warisan, dan makalah umum. Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh  Vstory Agama Jumat, 11 Oktober 2019 - 1122 WIB VIVA – Iman didefinisikan sebagai aqdun fi al-qalb, iqrarar bi al-lisan wa`amal bi al-arkan, yaitu meyakinkan dalam hati, mengakui dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Berdasarkan definisi ini, maka perbuatan dosa seperti mencuri, berzina, atau merampas milik orang lain dan minum khamr yang memabukkan merupakan perbuatan yang menyebabkan keluar dari rasa keimanan. Hakikat keimanan, asasnya, dan pokoknya, apabila telah teguh di dalam hati seseorang tidaklah bertambah maupun berkurang. Akan tetapi derajat keimanan seseorang dapat bertambah dengan bertambahnya ketaatan dan dapat berkurang dengan berkurangnya ketaatan. Karena seluruh ketaatan adalah keimanan. Tiap-tiap sesuatu yang mungkin bertambah, niscaya ada kemungkinan pula berkurang. Yang menjadi pembahasan di sini ialah mengenai hadis yang menjelaskan tentang fluktuasi adalah ketidak tetapan atau guncangan. Fluktuasi iman adalah keadaan naik turunnya kondisi iman seseorang. Karena seseorang bisa berubah. Terkadang seseorang berada di puncak imannya, yaitu mereka dalam keadaan semangat dalam melakukan suatu ibadah. Tapi juga membahas tentang suatu kondisi, di mana iman lagi masa-masa di bawah. Bahkan untuk mengerjakan suatu ibadah itu terasa sangat malas. Ada beberapa ayat Alquran Al-Karim yang jadi bukti bahwa iman itu bisa bertambah dan polemik di antara ulama tentang bisa bertambah tidaknya iman seseorang. Kelompok pertama kaum Muslimin berkata bahwa iman dapat bertambah atau berkurang. Ini adalah pendapat mayoritas ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara mereka ada Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari yang berkata, “Iman adalah ucapan dan tindakan, bisa bertambah dan berkurang.” Abu al-Hasan al-Asy’ari, al-Ibânah, halaman 27Dasar bagi pendapat pertama ini adalah banyak ayat atau hadis yang menyatakan bahwa keimanan memang bisa bertambah dan berkurang, misalnya, “Supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.” QS. Al-Mudatsir 31“Yaitu orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangkamu, karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” QS. Ali Imran 173 Halaman Selanjutnya Adapun kelompok kedua kaum Muslimin, mereka berkata bahwa keimanan sama sekali tidak bisa bertambah. Mereka adalah sebagian ahli fikih dan banyak ahli kalam. Di antara mereka ada Imam Abu Hanifah yang berkata, “Iman adalah pengakuan dengan lisan dan pembenaran dalam hati. Pengakuan dengan lisan saja tak cukup menjadi iman sebab bila pengakuan saja tentu semua orang munafik yang berpura-pura Islam padahal tidak akan dianggap beriman. Iman tidaklah bertambah dan berkurang.” Abu Hanifah, Matn al-Washiyyah, halaman 1. Disclaimer Artikel ini adalah kiriman dari pengguna yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content UGC. Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.